Langsung ke konten utama

gangguan kejiwaan



-->

Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami perasaan takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi, gangguan atau penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi: (1) neurosis; dan (2) psikosis. Sementara dr. H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam macam, selain dua yang telah tersebut, ia mengemukakan yang lainnya yaitu: psikosomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.

Neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih menyadari atas kondisi dirinya yang tengah terganggu. Cirri-ciri neurosis ini antara lain: (1) wawasan yang tak lengkap mengenai sifat-sifat dan kesukarannya; (2) mengalami konflik batin; (3) menampakkan reaksi kecemasan; (4) adanya kerusakan parsial pada aspek-aspek kepribadian..

Neurosis dapat muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya: (1) Neurasthenia, yaitu gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang kronis sekalipun tidak ditemukan sebab-sebab fisik; (2) Histeria, gangguan jiwa yang ditandai ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan sugestibilitas. Hysteria ini bisa berwujud kelumpuhan atau cramp sebagian anggota badan, hilang kesanggupan bicara, hilang ingatan, kepribadian ganda, mengelana tidak sadar (fugue), atau berjalan-jalan dalam keadaan tidur (somnabulism); (3) Psychasthenia, gangguan jiwa yang ditandai ketidakmampuan diri tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Jenis ini antara lain bisa tampil dalam bentuk phobia (takut yang tidak masuk akal), obsesi, dan kompulsi.

Neurosis terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor organis fisis, faktor psikis dan struktur kepribadian, atau bisa juga karena faktor milieu atau lingkungan. Tetapi yang jelas, terganggunya mental dapat berpengaruh kepada perasaan, pikiran, kelakuan, dan juga kesehatan tubuh.

Sementara psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan cirri-ciri sebagai berikut: (1) mengalami disorganisasi proses pikiran; (2) gangguan emosional; (3) disorientasi waktu, ruang, dan person; (4) terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi.

Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya: (1) Schizophrenia, yaitu penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadian; (2) Paranoia, yaitu gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya; dan (3) maniac depressive psychosis, yakni perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.

Dalam khazanah keislaman, dikenal beragam bentuk penyakit kejiwaan. Diantaranya telah dicatatkan oleh al-Ghazali, yaitu: riya’ (pamer), jidl (suka debat), khusumat (suka bermusuhan), kidzb (dusta), ghibbah (suka cari kesalahan orang), namimah (adu domba), ghadhab (pemarah), hasud (suka menghasut), hubbud-dunya (matre), bakhil (pelit), kibr (sombong), dan ghurur (lalai urusan akhirat karena urusan dunia).

Ditinjau dari perspektif al-Qur’an, psikopatologi ini timbul karena manusia tidak mau mempergunakan potensi jasmani maupun rohani yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya secara baik. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (al-A’raf, VII: 179).

Source:
Sururin. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia sejak krisis moneter dinilai meningkat

JAKARTA - Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia sejak krisis moneter dinilai meningkat. Tercatat tiga bulan belakangan ini, sebanyak 1.200 warga Jakarta datang memeriksakan diri ke berbagai dokter dan rumah sakit jiwa karena menderita gangguan jiwa. "Banyak orang yang mengalami gangguan jiwa, tetapi tidak semua mau datang untuk berobat ke rumah sakit jiwa. Umumnya yang datang ke rumah sakit jiwa itu, ketika pasien sudah dalam taraf gangguan jiwa berat", ujar Dr H Aminullah Sp KjMM, Ketua Ikatan Rumah Sakit Jiwa Indonesia (IRJI), kepada wartawan, di sela-sela acara Konferensi Nasional Keperawatan Kesehatan Jiwa I di Bogor, Kamis (30/9). Menurut Aminullah, mereka yang datang ke rumah sakit jiwa itu umumnya mulai dari gejala gangguan kejiwaan ringan sampai berat. Sementara upaya pengobatan dari 100 persen tidak mungkin dilakukan. Terhadap para penderita gangguan jiwa itu, hanya 30 sampai 40 persen pasien gangguan jiwa bisa sembuh total, 30 persen harus tetap berobat ja

The Pros and Cons of the Popular Type of Hosting - the Shared Web Hosting

Shared hosting is a cost effective method of web hosting, where many websites share the entire cost of maintaining the server. Every website has its own partition in the server that separates it from other websites. Moreover, there is no compromise on security concerns and performance issues as the web servers are monitored 24/7 by share hosting providers. [Efficiency] Most website hosting providers offer shared web hosting services with proper web space and bandwidth allocation that are more than sufficient for small business websites. This allows companies to add more resources. [Manageability] These web hosting companies also provide utility options for proper control and supervision, which allows the enterprise to manage its own website using the control panel and other similar tools. There are a wide variety of control panel systems including Cpanel, H-Sphere and Plesk. Users can check web statistics, add database, and upload modify or remove web pages. [Viability] Web servers ar